Selasa, 15 Juni 2010

SEJARAH BERDIRI DAN BERKEMBANGNYA
PERGURUAN KARATE-DO
TAKO INDONESIA


posted by : SENSEI Ramli Lumban Gaol,SE. (DAN V Karate, Murid Generasi ketiga dari GURU BESAR/DAI SENSEI Alm. Drs.Sjahrun Isa, M.I.A.U.P. dan Senioren TAKO INDONESIA).

Perguruan TAKO INDONESIA lengkapnya Perguruan Karate-do TAKO INDONESIA sampai saat ini masih merupakan salah satu Perguruan Karate-do yang bernaung dibawah federasi Olahraga Karate-do Indonesia (FORKI).

Perguruan ini didirikan oleh seorang Putra Indonesia adalah GURU BESAR (DAI SENSEI) Almarhum Drs. SJAHRUN ISA M.I.A.U.P. pada tanggal 23 Februari 1963 disuatu Kota kecil di Propinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kota Tebing Tinggi + 80 km dari Kota Medan Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Modal pokok berdirinya Perguruan ini adalah tehnik bertahan dan menyerang dengan tangan kosong ajaran dari Yth.Tuan O.TAKUGAWA, yang kemudian hari baru diketahui sebagai Seni Bela Diri Karate dari aliran Jiu Jitsu Karate (Krooked Karate). Disamping tehnik ini sedikit pengetahuan Silat yang didapat dari Yth, Bapak R.M.DIRJOATODJO juga ada memberikan andilnya. Sejak awal berdirinya Perguruan ini sudah ada kecenderungan untuk menasionaliosir jiwa dari tehnik bela diri asing. Maksud ini mendapat dorongan yang kuat dari Bapak KANTOR TARIGAN Walikotamadya Tebing Tinggi Deli pada waktu itu.

Kemudian pada akhir 60-an perbendaharaan tehnik Perguruan TAKO INDONESIA bertambah dengan bergabungnya seorang pemengang Sabuk Hitam dari aliran Shotokan Karate Modern, murid dari KEN KOESHASI, DAN X Judo, DAN V Shotokan pendiri dari KEN KOESHASI DOJO. Sejak awal 70-an Perguruan Karate-do TAKO INDONESIA mulai memfokuskan dirinya pada olahraga Karate-do. Dan dalam tahun-tahun selanjutnya perbendaharaan Perguruan ini bertambah terus dengan adanya pengiriman siswa-siswa Perguruan Keluar Negeri untuk mempelajari Karate-do.

Untuk hal ini Perguruan Tako Indonesia berterima kasih atas partisipasi dari Sdr. KWE SENG POH (DAN IV Kei Shin Kan) cq. Sdr. EFFENDY DAUDSYAH dan Sdr. Y. ISHIKAWA (DAN VI Shito Ryu). Di dalam penjajakan prestasi dibidang olahraga Karate-do Perguruan TAKO INDONESIA berulangkali mengadakan pertandingan di dalam dan luar negeri.

Pada awal 70-an dengan BUDOKAN dan SKA, dan pada tahun 1975, Perguruan TAKO INDONESIA mengikuti pertandingan yang diikuti oleh beberapa negara di Singapore dan dalam pertandingan ini Perguruan TAKO INDONESIA menduduki Runner Up. Juga di pertengahan tahun 1977 beberapa guru dari beberapa aliran yang ada di Perguruan Karate-do Tako Indonesia berkumpul dan bermufakat untuk mencari bentuk tehnik bela diri dan olahraga yang ideal bagi pengikut Perguruan TAKO INDONESIA. Dimana bentuk tehnik bela diri dan olahraga ini nantinya mempunyai tata cara yang disesuaikan dengan kepribadian Bangsa Indonesia yang Pancasilais. Dan pada awal tahun 1979, tekad para guru ini dikukuhkan oleh Pengurus Besar Perguruan TAKO INDONESIA.

Pengurus Besar Perguruan TAKO INDONESIA yang di ketua umumi DR. SUHARDIMAN,SE mengintruksikan Dewan Guru Perguruan TAKO INDONESIA untuk segera menyusun pola dasar tehnik yang selaras dengan idealisme Pancasila yang sedang dikembangkan oleh Pengurus Besar Perguruan TAKO INDONESIA. Dan pada tanggal 9 Agustus 1979 pola dasar tehnik yang berkepribadian Bangsa Indonesia, tetapi masih jauh dari sempurna, yang telah diperagakan untuk pertama kalinya di Kampus UNIVERSITAS INDONESIA Jakarta. Untuk selanjutnya Sejarah Perguruan Karate-do TAKO INDONESIA ini (yang nama Karate-donya mungkin telah terhapus). Diharapkan untuk diisi oleh para cendikiawan, para pendekar Karateka-Karateka dan patriot-patriot Bangsa Indonesia lainnya.

AKSI TANGAN KOSONG
(AKSI TAKO)

PENDAHULUAN : Sesuai dengan apa yang ditugaskan oleh Pengurus Besar Perguruan Karate-do TAKO INDONESIA kepada Dewan Guru Perguruan Karate-do Tako Indonesia. Yaitu menyusun suatu PEDOMAN POKOK PELAJARAN untuk siswa-siswa Perguruan Karate-do TAKO INDONESIA, dimana Pedoman Pokok Pelajaran tersebut harus merupakan perwujudan dari mengolahraga – jiwa - rasa dan harus dapat melambangkan sifat dan ciri Bangsa Indonesia yang Pancasilais. Maka sampai dengan hari ini kami Dewan Sabuk Hitam Perguruan TAKO INDONESIA secara bertahap masih terus bekerja dalam batas kemampuan yang ada pada kami sekarang ini. Sebahagian kecil dari pedoman Pokok Pelajaran yang telah tersusun dan akan tersusun nantinya kami sebut TATA GERAK, yaitu rangkaian atau susunan gerak-gerak (Bunkai Kata).

Kumpulan dari tata gerak yang mana setiap gerak yang intinya adalah merupakan perpaduan dari cara mengolahraga – jiwa - rasa, kami beri nama AKSI TANGAN KOSONG atau disingkat AKSI TAKO.

Untuk pertama kalinya AKSI TAKO ini telah kami peragakan pada tanggal 9 Agustus di Kampus UNIVERSITAS INDONESIA, Salemba Jakarta. Dan Peragaan AKSI TAKO ini berkelanjutan dengan ceramah AKSI TAKO oleh BAPAK Ketua Umum TAKO INDONESIA dan Ketua Dewan Guru Perguruan TAKO INDONESIA pada tanggal 31 Agustus 1979 di Gedung Pusat Mahasiswa UNIVERSITAS INDONESIA Salemba Jakarta.

AKSI TAKO : AKSI TAKO adalah gabungan pengertian dari dua buah kata AKSI & TAKO. Dimana pengertian AKSI pada AKSI TAKO adalah pergerakan (Karena hasrat) dari satu komposisi alat-alat. Dan pengertian TAKO pada AKSI TAKO adalah TANGAN KOSONG, tangan dalam hal ini dimaksudkan mewakili alat-alat tubuh lainnya yang tidak dibebani oleh senjata / alat dari luar tubuh, jadi AKSI TAKO diartikan :

PERGERAKAN DARI ALAT-ALAT TUBUH YANG TIDAK DIBEBANI OLEH SENJATA / ALAT DARI LUAR TUBUH DAN PERGERAKAN INI MERUPAKAN PERWUJUDAN DARI HASRAT HATI.

Didalam AKSI TAKO seluruh anggota tubuh merupakan alat untuk mengungkapkan atau melaksanakan kehendak hati kita ini. Caranya adalah dengan mengembangkan suatu perpaduan antara KEMAUAN (Hasrat), KOORDINASI TUBUH (Nafas, Syaraf, reaksi otot-otot) dan KONSENTRASI dan kemudian MENCETUSKANNYA KELUAR.
Perpaduan yang dicetuskan ini akan MENJELMA MENJADI SUATU KEKUATAN YANG MAKSIMAL DAN TERARAH. Malahan kadang-kadang tenaga yang terpancar ini kan lebih besar dari yang dapat diduga. Jadi dapat disimpulkan, puncak kesempurnaan pengamal AKSI TAKO adalah DIMANA PIKIRAN DAPAT MENGENDALIKAN BADAN (TUBUH). Mengenai tehnik suri AKSI TAKO diambil dari warisan para pendekar jaman dahulu, hal ini oleh karena tehnik-tehnik ini telah dapat membuktikan keampuhannya selama berabad-abad.

Tetapi tentu saja tehnik dan tehn ik suri ini telah diselaraskan dengan kaedah-kaedah ilmu matematika, kinematika, fisiologi, psikologi serta ilmu tehnik dan kedokteran lainnya. Disamping itu tehnik dan tehnik suri ini juga telah diselaraskan dengan cara hidup Bangsa Indonesia yaitu tehnik dan tehnik suri yang DEFENSIF AKTIF. Atau dengan kata lain prinsip tehnik AKSI TAKO adalah BERTAHAN BERARTI MENYERANG. Yang pengertiannya : SAAT YANG PALING TEPAT MENJATUHKAN LAWAN ADALAH PADA SAAT LAWAN MELANCARKAN SERANGAN TERHADAP KITA. Dan sesungguhnya AKSI TAKO merupakan SENI BELA DIRI, ILMU OLAH RAGA dan PENDIDIKAN JASMANI, dimana ketiga unsure yang dikandung AKSI TAKO ini tetap berpedoman pada pokok-pokok tehnik AKSI TAKO secara keseluiruhannya.

AKSI TAKO sebagai SENI BELA DIRI :
Untuk ini dikhususkan tehnik suri yang dapat mencederakan lawan, pengikut AKSI TAKO DILARANG KERAS menggunakan tehnik bela diri ini secara salah atau jika tidak benar-benar terdesak. Dan tehnik bela diri yang berbahaya ini hanya diajarkan kepada pengikut-pengikut AKSI TAKO yang dapat menghayati TRI Cita Utama Perguruan TAKO INDONESIA. Dewan Guru Perguruan TAKO INDONESIA, menganggap perlu mengembangkan tehnik-tehnik bela diri ini oleh karena tehnik ini dapat membangkitkan kepercayaan diri bagi pengikut-pengikutnya . Penyebab lain ialah karena menurut kami, Perguruan-perguruan olah raga bela diri dari Negara-negara lainjuga berbuat hal yang sama, tetapi dalam pengembangannya kedunia luar mereka memfokuskan pengembangan olahraga saja.

AKSI TAKO sebagai OLAHRAGA YANG DIPERTANDINGKAN :
Untuk semua olahraga yang dipertandingkan merupakan pendidikan jasmani hal ini dapat kita lihat pada olahraga Catur misalnya. Pada cabang olahraga lain juga kita temui olahraga itu tidak membina bentuk dan kekuatan tubuh secara seimbang. Dalam olahraga bola kaki kekuatan kaki lebih diutamakan dari kekuatan tangannya. Begitu pula dalam cabang olahraga tennis, kekuatan tangan yang satu lebih dari kekuatan tangan lain, disamping itu bentuk alat tubuh tidak secara seimbang. Tetapi berbeda halnya dengan AKSI TAKO, AKSI TAKO disebut sebagai pendidikan jasmani oleh karena disamping menyehatkan jasmani, AKSI TAKO juga membina kekuatan dan bentuk organ-organ tubuh secara seimbang.

TENAGA DALAM : Banyaknya orang yang menafsirkan TENAGA DALAM adalah suatu tenaga yang dahsyat yang ditimbulkan dari dalam tubuh yang didapatkan dengan jampi-jampi atau pemujaan terhadap seuatu dan sebagainya.

Seperti apa yang dialami oleh TAKOWAN pada saat peragaan di UNIVERSITAS INDONESIA Takowan ini membenturkan keningnya kebalok Es pada saat dirinya belum terkonsentrasi dan benturan kedua dilakukannya pada sisi Es yang tajam tentu kulit keningnya terluka, melihat darah yang keluar memang tidak mengenakkan, tetapi toh bagi Takowan tida apa-apa, Sebab malamnya anak muda tersebut malah pergi ke Discotiq dan pada dua hari berikutnya kembali ia turut dalam peragaan di gelanggang mahasiswa kuningan Jakarta Selatan, Tetapi kami juga mengakui, soal bentur-membentur ini memang hal-hal yang masih “mengerikan” bagi orang-orang awam.

Mungkin oleh sebab-sebab ini tiga orang ahli fisika Amerika. FILD, NIAR dan WALIK dengan alat-alat yang modern telah mengadakan penyelidikan mengenai hal ini. Sebagaimana yang dituliskan oleh Ir. BAMBANG A MUTIDJO pada majalah MEKATRONIKA No. 5 Tahun 1979 dari tulisan tersebut mengenai tenaga dapat kami simpulkan sebagai berikut :

Seorang Pendekar/Karateka yang terlatih mampu menggerakkan tenaga/kaki sampai kecepatan 7,3.14,4 m/dt. Kecepatan ini mampu memberikan energi antara 50 – 100 joule. Sedangkan untuk memecahkan benda keras seperti beton / papan hanya diperlukan energi sekitar 10 joule saja.

Dan mengenai daya tahan benturan dapat kami simpulkan sebagai berikut :

Tulang dengan diameter 2 cm dengan panjang 6 cm mampu menahan gaya sebesar 25.000 Newton, sedangkan untuk memecahkan papan cukup diperlukan gaya sebesar 3.000 Newton saja. Belum lagi diperhitungkan kemampuan otot-otot abductor digiti minimi yang bertugas sebagai pelindung tulang.

Pada saat-saat sekarang ini sampai dengan batas-batas inilah kami dapat menjelaskan AKSI TANGAN KOSONG INDONESIA. Dengan harapan apa yang kami sampaikan ini dapat mengetuk hati para Pendekar/Karateka dan cendakiawan sekalian untuk mengulurkan tangan, menyempurnakan AKSI TANGAN KOSONG INDONESIA, yang jelas masih jauh dari sempurna ini.

Sasana Krida “JALMA UTAMA”
19 Agustus 1979

- SJAHRUN ISA -
Ketua Dewan Guru


KARATE SEBAGAI SENI BELA DIRI

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, keberadaan beladiri jadi suatu kebutuhan: manusia kerap memanfaatkan kaki dan tangannya sebagai senjata utama guna melindungi diri menghadapi kerasnya kenyataan duniawi.

Asal-usul Karate berasal dari kempo alias seni beladiri tinju Cina (China Boxing)-diciptakan oleh Darma, Guru Buddha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina (generasi Darma selanjutnya menyebut bela diri ini dengan nama Shorinji Kempo) yang berakar di Okinawa melalui kontaknya di Cina pada abad ke-14.

Pada masa itu, Pengadilan Bakhuco (di bawah penguasa setempat) di Okinawa membuat larangan penggunaan senjata. Itulah sebabnya embrio bela diri Karate muncul.

Dalam budaya (bahasa) Cina, kempo berasal dari kata Kara yang berarti Cina dan te yang berarti tangan (Tangan Cina). Di Jepang, pada proses perkembangannya kemudian, Kara berarti Kosong dan te berarti Tangan.

Jadi hakikatnya, seni bela diri karate merupakan suatu bentuk bela diri yang mengandalkan tangan kosong. Lahirnya karate sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke-19. Adalah Matsumara Shukon (1797-1896) seorang prajurit samurai dan pelindung Raja Soko Okinawa yang berjasa melahirkan seni bela diri karate. Ia menciptakannya dengan menggabungkan unsur seni militer Jepang (bushido). Matsumara adalah pendukung adanya dua kebijakan : latihan militer (fisik) dan kesarjanaan (intelektualitas). Ialah anggota kelas berkuasa di Pulau Ryuku yang berjasa meletakkan pondasi dasar dan pengembangan ilmu karate.

Gichin Funakoshi, Pendiri Shotokan, mengemukakan suatu filosofi bahwa karate yang sesungguhnya adalah : dalam kehidupan sehari-hari, pikiran dan tubuh seseorang dilatih dan dikembangkan dalam kerendahan hati. Dan, pada sat-saat kritis, ia akan mengabdi seluruhnya pada keadilan. Pemahaman terhadap karate digambarkan pula sebagai seni perang atau metode bela diri yang meliputi bermacam-macam teknik, termasuk bertahan, menyerang, mengelak, bahkan merobohkan. Latihan karate dapat dibagi menjadi tiga aspek : Kihon (dasar), Kata (bentuk), dan Kumite (lakuan).

Kata karate merupakan kombinasi dari dua karakter (kata) Jepang: kara berarti kosong dan te yang berarti tangan. Maka karate dapat diartikan dengan tangan kosong. Ditambah sufiks (akhiran) do (baca : doe), berarti cara.

Jadi, karate-do menerapkan karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri. Dalam karate-do tradisional, kita selalu diingatkan : Musuh utama adalah diri kita sendiri.

Funakoshi mengatakan, Pikiran dan teknik menjadi satu dalam karate. Kita berusaha membuat teknik fisik kita sebagai ekspresi dari apa yang diinginkan pikiran kita, pun meningkatkan pemusatan pikiran kita dengan memahami inti dari teknik fisik.

Dengan menyempurnakan gerakan karate, kita juga menyempurnakan jiwa dan mental. Sebagai contoh, meniadakan gerakan dalam gerakan karate yang lemah dan ragu-ragu dapat membantu menghilangkan kelemahan dan keragu-raguan berpikir, begitu pula sebaliknya. Dengan makna itu, karate menjadi suatu cara hidup, dimana kita mencoba untuk menjadi orang yang kuat, tapi bahagia dan penuh kedamaian. Seperti yang dimaksud Tsutomu Ohshima, Kepala Instruktur (Shihan) Shotokan Karate America (SKA), Kita harus cukup kuat mengekspresikan pikiran kita terhadap lawan, kapan saja, dimana saja. Tapi, kita harus tenang mengekspresikan diri kita secara rendah hati.

Ada salah satu bentuk latihan karate yang unik dalam SKA. Latihan itu dinamakan latihan khusus, yaitu satu seri dari latihan karate dimana kita mencoba untuk menghadapi diri kita sendiri dan menyempurnakan mental dan jiwa kita.

Evolusi dan Perkembagan Karate

Karate sebagai seni bela diri adalah ungkapan klise yang telah kita ketahui. Namun seiring jaman yang berubah, karate juga berevolusi dalam fungsinya. Ketika diperkenalkan pertama kali di Okinawa fungsinya semula bela diri yang murni. Karena murni bela diri, maka membunuh dan terbunuh adalah lumrah. Pada masa itu karate sangat dirahasiakan, bahkan untuk membicarakan saja orang tidak berani.

Walau Jepang sudah masuk masa Restorasi Meiji, budaya merahasiakan ini baru benar-benar berakhir tahun 1901. Ketika itu Itosu berhasil mengangkat karate ke permukaan dengan menunjukkan manfaat fisik dan mental dalam karate.

Evolusi dan Perkembangan berikutnya ketika karate masuk ke Jepang berubah menjadi seni bela diri dengan filsafat “jalan”. Konsep yang dipopulerkan oleh Funakoshi ini tidak hanya merubah ideogram karate, namun juga filosofinya. Karate berubah istilah menjadi karate-do bukan lagi karate Jiu Jit su. Hingga saat ini ada yang tetap memegang fungsi karate sebagai filosofi seperti Shotokai. Mereka dengan tegas menarik diri menggunakan karate untuk hal-hal yang berbau kompetisi.

Evolusi dan perkembangan ketiga dari karate adalah pada era perang. Dimana saat Jepang menginvasi negara-negara Asia tahun (1930-1936) dan Perang Dunia II (1945-1949) karate digunakan sebagai materi wajib bagi prajurit Jepang. Karena digunakan untuk perang tentu ada perbedaan dengan latihan karate yang biasa. Seorang praktisi karate dibolehkan menyerang lawan sekuat-kuatnya. Alhasil, banyak prajurit yang cedera selama masa latihan itu. Barangkali ini adalah evolusi terburuk dalam sejarah karate Jepang.

Evolusi dan perkembangan terakhir karate terjadi di masa modern ini. Saat ini karate telah dipergunakan sebagai media kompetisi. Disini setiap aliran karate diijinkan mengikuti dua jenis turnamen yaitu kumite dan kata. Evolusi yang terakhir ini dipopulerkan pertama kali tahun 1957 dengan turnamen yang digelar oleh JKA (Japan Karate Association). Masatoshi Nakayama disebut-sebut sebagai orang yang bertanggung jawab (atau berjasa ?) memperkenalkan konsep ini. Anda juga bisa menengok pasal-pasal dalam WKF, disitu akan tertulis dengan jelas aturan pertandingan Kata dan Kumite. Mengisyaratkan bahwa induk organisasi karate dunia ini mendukung kompetisi dalam Karate.

Bagaimana dengan image masyarakat Indonesia pada karate ? Ternyata mereka memandang karate sebagai “Olah Raga Keras” bukan “seni bela diri keras”. Agaknya maraknya kompetisi karate yang sering digelar telah mengubah cara pandang masyarakat kita. Apalagi fakta didunia saat ini hampir seluruh organisasi (dari berbagai aliran) karate dengan terang-terangan menyatakan bahwa mereka mendukung karate sebagai olah raga yang bersifat kompetisi.

Setiap tahun di tanah air bila digelar even pertandingan pasti akan banyak sekali peserta baik dari anak-anak atau dewasa (jika umurnya masih memenuhi syarat), baik laki-laki atau perempuan. Apakah ini menyedihkan ? tentu saja tidak. Minimal yang menggembirakan ternyata minat masyarakat kepada karate yang telah diklaim sebagai “olah raga” keras ini masih besar. Tidak peduli mereka yang terjun di pertandingan itu menampilkan kualitas teknik yang baik atau buruk.


Bisa juga dibilang menyedihkan, karena karate hanya akan menjadi milik mereka yang kuat, lincah, cepat dan berstamina prima. Funakoshi secara tegas melarang berbagai turnamen dan kompetisi. Dirinya sadar bahwa teknik karate sangat berbahaya walaupun digunakan dengan serangan yang lemah sekalipun. Funakoshi lebih memilih kata sebagai latihan inti dalam karate, karena baginya dalam kata tersembunyi rahasia karate.

Anda mungkin tidak tahu kalau Funakoshi tidak pernah kalah dengan lawannya meskipun usianya telah lanjut. Funakoshi memiliki pertahanan yang kuat, dan ini hanya diketahui dari mereka yang pernah bertanding dengannya.

Tulisan ini tidak dibuat untuk memperdebatkan pendapat Funakoshi, apalagi sudah jelas Funakoshi memang orang yang tidak mendukung apapun yang berbau kompetisi karate. Juga tidak bermaksud menyalahkan praktisi karate yang berlatih hanya untuk motif kompetisi..

Meski harus diakui karate telah berkembang dan berevolusi fungsinya, jangan lupa bahwa karate adalah seni bela diri yang terhormat. Apapun motif Anda ketika memilih karate, ada rahasia yang tersembunyi didalamnya. Rahasia yang mustahil dicapai mereka yang hanya berpikir menang atau kalah. Rahasia yang hingga saat ini hanya sedikit saja orang yang berhasil mencapainya.

by : Sensei Ramli L. Gaol,SE.